Sabtu, 16 November 2013

Masa Depan AS ; Antara Rusia, Dunia Muslim dan Triumvirat Eropa.


Assalamualaykum.....

Pada tulisan saya kali ini, saya akan sedikit me-review pemikiran Emmanuel Todd tentang analisanya yang berujung pada prediksi runtuhnya ke-digdayaan Amerika Serikat sebagai negara superpower dan adikuasa. Emmanuel Todd juga memprediksi bahwa peran AS sebagai ‘polisi’ dunia akan segera habis, bersamaan dengan runtuhnya ke-wibawa-an AS di mata dunia. Ada satu bab yang menarik bagi saya untuk dikaji dalam buku Manu Todd ini yang berjudul Menjelang Keruntuhan Amerika, sekaligus merupakan seri terjemahan dari judul asli : After The Empire. Bab tersebut berjudul Perdamaian dengan Rusia dan Dunia Muslim, ini tentu akan berlanjut dengan efek estafet 3 negara besar Eropa (Jerman, Perancis, dan tentu saja Inggris Raya) pendukung AS yang juga diprediksi akan jengah dengan sifat agresor dan menang sendiri ala Amerika Serikat. Saya akan mencoba meringkaskan-nya untuk para pengunjung sekalian, saya pikir bahwa analisa ini juga digunakan oleh banyak pakar politik Internasional seperti Francis Fukuyama, Michaelle Le Muinx, Gordon Steward dan juga Ulama’ Islam, Syaikh Imran Nazar Husein. Jadi, tulisan Manu Todd ini setidaknya juga menjadi rujukan bagi para analis untuk melihat sistem politik dunia barat dewasa ini.

So, siapkan kopi dan cemilan anda, selamat datang di Der Wissen.....


Eropa tidak seperti Amerika Serikat, Eropa tidak memiliki persoalan berarti dengan dunia luar. Eropa mempunyai hubungan perdagangan yang normal dengan negara-negara lain, membeli bahan mentah dan energi yang dibutuhkannya dan membayar impor dengan pendapatan yang diperoleh dari ekspornya. Oleh karena itu, tujuan strategis jangka panjangnya adalah perdamaian. Sementara itu, kebijakan luar negeri Amerika Serikat sebagian besar disusun berdasarkan dua konflik utama dengan dua tetangga dekat Eropa. Pertama adalah Rusia, hambatan fundamental hegemoni Amerika Serikat tetapi terlalu kuat untuk ditaklukan. Yang lain adalah dunia Muslim, musuh tidak penting yang tepat untuk menunjukkan keunggulan kekuatan militer Amerika Serikat. Semenjak kepentingan Eropa adalah perdamaian, utamanya dengan dua tetangganya, prioritas strategisnya sekarang adalah permusuhan sengit dengan kepentingan Amerika Serikat.

Selama negara-negara Teluk di Persia harus menjual minyaknya karena peningkatan pertumbuhan penduduknya, Eropa tidak perlu takut akan embargo. Namun, Eropa tidak bisa selamanya menerima kekacauan terus menerus dunia Arab yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Israel. Realitas ekonomi akan menyatakan bahwa wilayah dunia ini akan dibawa ke dalam lingkungan kerja sama berpusat di Eropa umumnya menolak Amerika Serikat. Dalam kasus ini, Turki dan Iran sangat memahaminya. Tetapi jangan sampai keliru, semua yang terjadi di wilayah Teluk Persia dipicu oleh konflik serius antara Eropa dan Amerika Serikat dalam waktu dekat.

Bersama Rusia, sebuah negara yang menunjukkan semua gejala menjadi rekan bijaksana dan sangat lemah secara ekonomi dan militer tetapi masih memiliki kapasitas sebagai eksportir minyak dan gas alam, Eropa mengambangkan hubungannya di tahun-tahun ke depan. Ketidakberdayaan strategis Amerika Serikat terhadap Rusia menjaelaskan sebagian evolusi yang sedikit mengejutkan ini. Setelah masing-masing babak, tindakan agresif Amerika Serikat diharuskan menunjukkan keramahan terhadap Rusia, langkah yang umumnya dipaksakan oleh ketakutannya bahwa Eropa dan Rusia benar-benar akan mengabaikan Amerika Serikat dalam negoisasi di masa mendatang.

Dalam lingkungan Islam, kerugian yang disebabkan oleh Amerika Serikat terusu mmburuk dan menjadi lebih konkret. Dunia Muslim menyuplai Eropa dengan imigran dalam prosentase yang cukup besar ; imigran Pakistan di Inggris, Afrika Utara di Perancis, dan Turki di Jerman, ketiganya merupakan kelompok terbesar. Anak-anak imigran ini menjadi warga negara asalnya, termasuk di Jerman yang akhir-akhir ini menciptakan undang-undang memberikan kewarganegara-an berdasarkan wilayah tempat lahir sang anak., yang telah mendekatkan Jerman dengan 'droit do soul’ Perancis. Karena dunia Muslim melebihi tetangga dekat, Eropa harus mempertahankan hubungan damai dan pemahaman baik dengan dunia Muslim untuk menjamin perdamaian internalnya sendiri. Dalam konteks inilah Amerika Serikat dipandang  sebagai pengacau internal dan internasional terhadap dunia Eropa. Pada kasus penyerangan Sinagog Yahudi oleh pemuda Arab yang dirugaikan selama awal tahun 2002 silam, Perancis-lah yang pertama kali mengalami efek negatif kebijakan Timur Tengah Amerika dan struktur masyarakat Perancis yang sangat tidak egaliter. Tidak ada alasan untuk menganggap Jerman dengan imigran dari Turki, dan bahkan Inggris denga imigran dari Pakistan yang semakin bertambah, tidak akan dipengaruhi oleh tindakan agresif Amerika Serikat.

Untuk membangkitkan Eropa, kekuatan dan perseteruannya yang semakin sengit dengan Amerika Serikat adalah dengan menggunakan konsep yang maknanya tidak diterapkan dengan jelas, pasar, peradaban, dan sekelompok bangsa. Singkatnya, hingga kini Eropa merupakan entitas tidak jeals, entitas yang berkembang. Sekarang, integrasi ekonomi Eropa meningkat. Jumlah dan keberhasilannya menarik anggota baru dari Eropa Timur dan tampaknya bertujuan akhir untuk menyerap Turki. Tetapi proses ekspnasi ekonomi yang spontan ini ber-efek pada timbulnya kekacauan politik yang meningkat. Ekspansi ekonomi melemahkan lemabag sistem tersebut. Kelangsungan bangsa masing-masing dengan bahasa, sistem politik, dan pola pikirnya sendiri sangat menyulitkan Eropa untuk menerapkan prosedur pengambilan keputusan yang bisa ditermia semua anggotanya.


Dari sudut strategi global, perkembangan ini bisa dipandang sebagai permulaan proses disintegrasi. Kenyataannya, lebih mungkin bahwa tim pimpinan tiga anggota ini akan muncul di benua tersebut dengan Kerajaan Inggris, Jerman dan Perancis membentuk triumvirat yang mengatur ini. Setelah melawati masa kesalahpahaman dan perselisihan, kemitraan Perancis-Jerman sangat muncul terjadi. Peran Inggris sepenuhnya baru dan harus dipikirkan menjadi sebuah kemungkinan. Kesalah awal yang sama tidak harus dibuat seperti Brzezinski, yang meyakinkan bahwa Inggris Raya, tidak seperti Jerman dan Perancis, bukan pemain geostrategis. Seperti analisa dari Frederic Le Play, bahwa kemitraanya harus dipelihara, tetapi kebijakannya tidak meminta perhatian terus-menerus. Perkiraan ini tampaknya sedikit menghilangkan gejala kerja sama Perancis-Inggris dalam memperluas kebijakan militer Eropa.

Antar tahun 1990-2000 hubungan antara Perancis dan Jerman tidak begitu baik. Penyatuan kembali Jerman telah mengacaukan Eropa dengan membentuk Jerman yang berpenduduk 8 juta yang dilihat analis Perancis menurut perhitungan relatif dengan 6 juta penduduknya. Penyatuan moneter yang akan menggambarkan langkah optimistik ke depan, yang dipahami sebagai hubungan dan kontrol Jerman. Namun, seperti langkah perdamaian kepada jerman, negara Eropa lainnya menerima secara berlebihan kriteria manajemen yang tepat sehingga akan membawa mereka ke masa-masa stagnasi. Jika dikembalikan pada persoalan politik mengenai hubungan kekuatan, harus dikatakan bahwa krisis demografi Jerman akan menyamakan negara tersebut dengan negara besar lainnya di Eropa. Jumlah total kelahiran saat ini sedikit lebih rendah daripada Perancis. Namun sebenarnya angka kelahiran di kedua negara tersebut adalah sama. Elite Jerman sadar bahwa angka ini dikembalikan apda angka standar. Demam penyatuan kembali sudah berakhir. Pemimpin Jerman mengatahui bahwa negaranya tidak akan menjadi kekuatan besar di pusat Eropa. Kesulitan spesifik dalam merkonstruksi kembali bekas DDR, mendorong pada upaya kemali kepada realitas yang membawa ketenangnan ini.

Bagi Perancis yang tidak lagi dilumpuhkan oleh kebijakan untuk mempertahankan kekuatan Franc, secara ekonomi dibebaskan dari Euro yang lemah. Bersamaan dengan situasi demografisnya yang membaik, kondisi ini memperbaharui Perancis dan memberikan kepercayaan baru. Singkatnya, sekarang, semua unsur yang ada adalah untuk inisiatif baru kerjasama Perancis-Jerman yang dimuali dalam suasana kepercayaan bersama yang nyata.

Namun, peran kuat yang dimainkan oleh beberapa unsur kekuatan harus disadari juga. Keseimbangan demografis yang baru belum ditentukan dan hanya terjadi melalui perkembangan masyarakat itu sendiri dan-juga seharusnya- diterima sebagai aturan dari pemimpin pemerintahan. Lagipula, keseimbangan demografis Perancis-Jerman yang baru hanya satu aspek stabilisasi demografis dunia. Di timur, penurunan demografi Rusia menimbulkan efek otomatis yang meredam ke-khawatiran Jerman lama dan Eropa akan menjadi wilayah yang ditekan oleh negara yang berkembang secara demografi berskala besar.

Penurunan demografi Rusia, stagnasi Jerman dan kesehatan relatif penduduk Perancis secara bersama-sama membentuk keseimbngan baru di seluruh Eropa, dan sepertinya itulah kebalikan proses ketidak-stabilan semakin meningkat yang dialami benua tersebut pada permulaan abad ke-20. Pada waktu itu, stagnasi demografi Perancis yang bersamaan dengan pertumbuhan penduduk Jerman, membuat Perancis menajdi bangsa yang takut, sementara ekspansi Rusia yang ebrtambah kuat menyebabkan fobia mutlak di Jerman. Sementara itu, beberapa teori tentang kebijakan masa depan Kerajaan Inggris Raya hanyalah teka-teki yang membingungkan. Secara menyeluruh menjadi bagian dari dua lingkungan , Anglo-Saxon dan Eropa, yang menjadi kondisi alamiahnya.


Pegaruh revolusi liberal di Inggris Raya lebih kuat daripada di beberapa negara lain di Eropa dan sekarang mimpi Inggris adalah merombak perusahaan kereta api-nya dan memperkuat standar kesehatannya dengan tingkat dukungan anggaran yang rasional.  Hubungan antara AS dan Inggris Raya berjalan lebih baik dibandingkan dimensi ekonominya yang sempit. Hubungan ini termasuk bahasa, individualisme, dan perasaan kebebasan politik bawaan. Hubungan ini tampak jelas, tetapi beberapa hal yang sama-sama penting bisa terlupakan, Inggris berada di posisi lebih baik dibanding seluruh negara Eropa lainnya untuk mengamati, bukan hanya kesalahan AS, tetapi juga perkembangan AS. Jika AS terus memburuk, Inggris-lah yang pertama kali merasakan-nya. Mereka adalah sekutu terdekat AS, tetapi mereka juga menjadi kelompok yang paling tertekan ideologisa dan budaya yang menyebar di Atlantik sejak mereka tidak memiliki perlindungan alamiah seperti filter bahasa asing yang diberikan Jerman, Perancis dan yang lain. Inilah dilema Inggris, bukan saja perang antara Eropa dan AS tetapi hubungan bermasalah dengan semua hal yang berbau AS.




Pilihan terakhir Inggris untuk bergabung atau menolak zona Euro akan sangat berarti, abik untuk Eropa maupun AS. Jika investasi dan kekuatan per-bank-an London, poros utama keuangan di Dunia Lama, masuk zona Euro, akan menjadi serangan dahsyat bagi New York, yang untungnya samapai saat ini itu belum terjadi, dengan mempertimbangkan ketergantungannya pada aliran terus menerus modal investasi dari negara-negeara lain. Dengan memeprtimbangkan kekurangan produksi ekonomi AS di masa kini, masuknya London ke sistem Eropa bisa menghasilkan perubahan riil keseimbangan kekuatan global. Melihat Inggris Raya yang dipilih Brzenzinski untuk mengabaikan hegemoni Amerika dengan satu serangan yaitu dengan memilih menggabungkan diri dengan Eropa akan menjadi kesimpulan akhir yang sedikit kronis.

3 komentar:

  1. kau hancurkan hatiku, hancurkan dengan buku ini, hu hu hu

    BalasHapus
  2. Edward Snowden kayanya bisa dinominasikan sebagai agen penghancur kewibawaan Amrik ni

    BalasHapus
  3. postingan yang sangat bermanfaat nih menambah ilmu juga

    yuk gunakan kaos dengan label positif di
    baju muslim anak - kaos muslim anak dan keluarga

    BalasHapus