Rabu, 13 November 2013

Il Mafioso (Part II), Cosa Nostra dan Manajemen Internal Mafia.

Assalamualaykum....

Di tulisan kali ini, saya akan mengulas sepak terjang Cosa Nostra dan bagaimana Internal Mafia itu sendiri. Setelah dalam tulisan kemarin saya memaparkan bagaimana sejarah Mafia berdiri, maka akan lebih lengkap jika kita mengetahui kinerja bagian dalam Mafia itu. Ini akan semakin seru jika kita sudah pernah menonton film The Godfather (I,II,III) atau Mobster, tentu ekspetasi dan fantasi kita akan semakin klop, tapi bagi yang belum pernah menonton, tidak akan mengurangi ke-asyikan artikel ini.

Mafia memiliki sebutan lain yakni Cosa Nostra. Para anggota Mafia selalu menulis Cosa Nostra dengan penuh rasa hormat, yaitu dengan awalan huruf kapital. Pengertian dari Cosa Nostra sendiri adalah our thing atau sama-sama satu bangsa, satu pemikiran, atau orang kita. Namun dalam buku terjemahan Mafia Manager oleh Ben Hidayat disebut bahwa terjemahan Cosa Nostra berarti urusan kita. Ketika mafioso Amerika, Yususf Valachi memberikan kesaksian di depan komite Senat AS untuk operasi pemberantasan Mafia, ia mengungkapkan bahwa mafioso AS menyebut diri mereka dengan sebutan Cosa Nostra. Hal ini menjadikan pemberantasan Mafia oleh FBI, lebih banyak menggunakan kata Cosa Nostra yang disebarkan di berbagai media.



Akhirnya istilah Cosa Nostra menjadi nama yang menggantikan istilah Mafia. Bahkan FBI menambahkan dalam arsipnya untuk istilah Mafia, La Cosa Nostra. Meski demikian, di Italia, tempat asal Mafia, kata Cosa Nostra tidak digunakan untuk mengacu pada Mafia Sisilia. Penyidik Italia tidak mengambil istilah Mafia secara serius. Maka Cosa Nostra lebih mengacu pada Mafia Amerika.

Pada tahun 1984, seorang pembelot Mafia yang bernama Tommaso Buscetta disidangkan oleh Giovanni Falcone, hakim anti-Mafia yang cukup terkenal di Italia waktu itu. Buscetta menyebut bahwa Cosa Nostra adalah sebagai istilah yang mengacu pada Mafia Sisilia. Pemakian Cosa Nostra sebagai sebutan bagi Mafia Sisilia, juga dilakukan oleh para pembelot Mafia lainnya seperti Antonio Calderone dan Salvatore Contorno. Pernyataan istilah Cosa Nostra bagi kelompok Mafia oleh Buscetta sekaligus menandakan bahwa Mafia dan politisi memiliki ikatan kerjasama satu sama lain. Di dalam persidangan, Buscetta yang juga seorang pentito (informan Mafia), mengungkapkan bahwa Mafia sering dipakai politisi untuk meraih kedudukan.

Al Capone pernah menyuap Walikota Chicago, William Hale Thompson, agar memperoleh izin legal dalam bisnis miras dan kasino miliknya. Bahkan tidak jarang Al Capone menyuap polisi dalam kasus-kasus kriminal yang dialami. Hal ini pula-lah yang menjadi sejarah Pemilu terburuk dalam dunia politik AS, karena kemenangan William Hale juga ditandai dengan perang antar gangster, Al Capone versus Cicero, dan menelan korban tewas sampai 200 orang dari kedua belah pihak.


Manajemen Organisasi Mafia

Dalam buku saduran The Mafia Manager : a guide to the corporate karya Machiavelli, pada dasarnya resep tim sukses Mafia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mempersiapkan dan mengelola diri sendiri agar terampil menjalankan tugas dan saat mengelola atau mempekerjakan orang lain. Ada setumpuk buku yang menyajikan rahasia sukses para pebisnis kaya raya dunia, tetapi kebanyakan hanya mengulang-ulang teori yang dipercaya masyarakat luas dan para akademisi sebagai bagian dari kurikulum MBA. Namun, yang tidak dibicarakan dalam buku-buku tersebut adalah endapan kebijaksanaan dari orang yang pernah mengelola salah satu kartel besar di dunia, paling menguntungkan, paling panjang dalam sejarah kapitalisme dan kejahatan ter-organisasi yang dijuluki Mafia, La Cosa Nostra, The Syndicate, The Mob, The Outfit dan seabrek julukan lainnya. Yang bebeda dalam sistem pengelolaan usaha ala Mafia, mereka tidak mengobral kata-kata. Semua berdasarkan pragmatisme dan irit kata sehingga sering dijuluki Kekaisaran Bisu. Seorang anggota Mafia kawakan yang telah menjadi capo yang artinya mentor, yakni sosok yang mencoba menuliskan seluk beluk manajemen dalam organisasi Mafia. Ia hanya dikenal dengan nama samaran "Mr.V", bahkan lokasi kediamannya amat dirahasiakan.

Kedudukan mentor dalam organisasi Mafia sangat dihargai, sebab nasihatnya sekalipun bertentangan dengan cara pemikiran konvensional, namun sejujurnya mereka adalah sumber ilmu dan pengetahuan hidup organisasi sehingga dipercaya melebihi teman dekat atau bahkan pasangan hidup sekalipun. Kehidupan Mafioso umumnya sangat tertutup bagi orang luar sehingga merupakan masukan berharga saat salah satu pentolan mereka memberanikan diri mengungkapkan seluk-beluk organisasi asli Sisilia yang sangat disegani tersebut. "Mr.V" mengutip salah satu tulisan Machiavelli dalam buku Il Principe, bahwa kadang manusia akan menjadi kecewa ketika mereka berada di tengah orang tidak baik. Oleh sebab itu, perlu belajar menjadi orang tidak baik sehingga pada saatnya kita dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan kemampuan kita. Selajutnya "Mr.V" menulis bahwa orang yang sukses menuju puncak kepemimpinan dalam Mafia biasanya orang yang mampu mengelola orang lain. Mengambil sebuah pepatah bahwa hawa dipuncak gunung kadang memang lebih hangat daripada lembah. Sayangnya dipucak gunung tidak tersedia banyak ruang lapang sehingga harus diperebutkan.

Bisnis dalam Mafia bukanlah sekedar mencungkil mata, mematahkan jempol atau meremukkan tulang tempurung. Berbisnis dengan Mafia, berarti memberikan uang berlebih kepada pelanggan, jika pelanggan paham dengan cara bisnis Mafia, maka akan terjadi Win-Win-Solution. Perumpamaan yang digunakan dalam dunia Mafia, yaitu seperti anak-anak yang suka sekali akan toko mainan besar, sementara para Mafioso lebih suka memelesetkan dengan istilah memainkan pemerintahan. Karena para anggota Mafioso atau paling tidak pengikut mafia ada dimana-mana. Jikapun ada pertanyaan bagaiamana mungkin suap bisa menembus dalam pemerintahan, maka jawabannya sederhana. Yaitu dengan metode kuno yang sudah dipahami oleh semua orang, namun masih terbukti ampuh. Orang bekerja dengan dan untuk suatu nilai yang mapan terus menerus. Maka sifat manusia bila mereka ingin sesuatu yang lebih, maka Mafia akan memberikan janji-janji serta insentif, sehingga bila umpan ini diterima, Mafia akan memberikan kemampanan bagi para anggotanya.

Di dunia Mafia hanya mengenal dua kelompok, pemberi suap dan penerima suap. Setelah semua pendidikan dilalui dan disaat tanggung jawab mulai menumpuk, maka sesuai nasihat para mentor diperlukan pen-delegasi-an tugas. Makin banyak yang didelegasikan tentu akan makin baik. Maka secara perlahan para Mafioso harus mempekerjakan orang lain dan mulai berhadapan dengan kenyataan, bahwa kebanyakan orang tidak berkompeten seperti yang diharapkan, seperti yang tercantum dalam surat lamaran ataupun saat sesi wawancara. Sebelum Bill Gates pendiri Microsoft mencanangkan kampanye satu orang cerdas lebih baik dari seratus orang dungu, maka para capo sudah melakukannya lebih dari seratus tahun yang lalu. Karena bagi Mafia, semakin bayak karyawan dungu akan semakin banyak pengkhianat, dan akan sangat menganggu eksistensi klan itu sendiri. Berbeda dengan usaha lainnya, dalam tubuh Mafia tidak dikenal dengan HRD atau Direktur SDM, karena semua keputusan penerimaan dan proses rekruitmen langsung ditangani oleh boss, dan tidak ada iklan di mass media untuk lowongan pekerjaan.

Yang menarik adalah, untuk memperkuat rasa solidaritas dan kebanggan organisasi, para Mafioso gemar mengobral gelar dan kepangkatan. Mereka akan menamakan tukang pembersih WC dengan sebutan "Staf Ahli Janitor", sehingga penyandang gelar tidak merasa direndahkan.

Tokoh panutan dalam Mafia yang sekaligus mentor Al Capone, Johny Torrio dianggap sebagai perwujudan master mind langka yang pernah dihasilkan organisasi Mafia. Johny memiliki doktrin uomo di panza, yang berarti manusia perut, lebih luas itu bermakna bahwa menyimpan semua rahasia hanya di perut. Doktrin yang kedua adalah uomo segreto alias manusia penuh rahasia, susah ditebak. Namun doktrin dari Torrio yang paling kesohor adalah uomo di pazienza, manusia penuh kesabaran. Kesabaran disini berarti adalah mampu memegang kendali dalam segala situasi. Dia tegas, tidak bergeming, menjaga jarak dalam segala hal dari dunia luar. Dengan begitu, Johnny Torrio berharap para Mafioso mampu menunggu, merencanakan dan menyerang persis pada saat yang diperhitungkan dan sukses. Dalam hingar bingar pemberitaan media, nama Johnny "Si Rubah" Torrio memang tidak setenar Al Capone Sang Flamboyan, tapi sebagai seorang manager, Johnny Torrio lebih efektif dan sukses dalam menjalankan organisasi Mafia.



Sekian dulu untuk tulisan kali ini, di episode terakhir nanti, akan saya ulas beberapa tokoh penting yang pernah memimpin Mafia di Italia dan sedikit profilnya.....

Così, attendere la prossima edizione compagno......!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar